
Sebagai seorang guru hal ini memang menjadi suatu pertanyaan dan permasalahan yang memerlukan solusi yang baik, selain guru bertugas mentransfer ilmu mereka juga mengemban amanat untuk membimbing dan mendidik akhlak dan kebiasaan siswa karena menurut agama menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap manusia mulai mereka masih di ayunan sampai ke liang lahat. Disamping itu bila sebagian besar nilai hasil belajar siswa tidak sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut Belum Berhasil dalam menunaikan tugasnya.
Apabila hal ini berlarut-larut kemungkinan Indonesia yang berencana mengentaskan kemiskinan melalui Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia agar sejajar dengan Negara-negara berkembang lainnya tidak akan berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Andaipun hal ini terlaksana kemungkinan mereka adalah anak-anak yang terpaksa tuntas dalam program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun karena minat belajar siswa di sekolah yang mulai melemah.
Mengapa minat belajar siswa mulai menurun ? apa yang menyebabkan mereka tidak bersemangat ? Belajar hanyalah sebagai formalitas ?
Beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya adalah :
1. Hidup di bawah garis kemiskinan
2. Biaya sekolah yang mahal
3. Banyak pengangguran berpendidikan tinggi, bahwa sekarang ini banyak para Sarjana atau orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan tinggi namun kenyataan di lapangan pekerjaan mereka tidak produktif, tidak bekerja atau sebagai pengangguran dan bahkan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Melihat kenyataan ini sebagian orang akan beranggapan bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau tidak bisa bekerja dan menghasilkan uang.
4. Tidak ada dorongan dari orang tua
5. Program acara TV yang menyita waktu anak
6. Pengaruh asupan makanan
Melihat banyaknya hal-hal yang mempengaruhi menurunnya minat belajar siswa di sekolah, di sini akan diadakan skala prioritas, hal manakah yang paling berpengaruh terhadap menurunnya minat belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu penulis mengadakan survey/wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa dan setelah diadakan pengumpulan data maka kebanyakan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi atau bermain PS dari pada di meja belajar sambil mengerjakan PR atau mengulang pelajaran yang telah diterangkan oleh para guru mereka pada siang harinya.
Hal ini menandakan bahwa di satu sisi kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri perkembangannya namun di sisi lain kemajuan teknologi secara perlahan namun pasti selain mengikis minat belajar siswa di sekolah juga telah merubah pola hidup dan akhlak ketimuran mereka menjadi lebih “berani” dan vulgar. Menyikapi hal sedemikian ini tentu para guru dan perangkat pendidikan harus menggali potensi untuk mencari solusi dan metode-metode yang dapat membangkitkan kembali minat belajar siswa di sekolah. Lalu apa kiat-kiat dan upaya para pendidik dan personal pendidikan untuk menyelamatkan anak didik mereka agar tidak terlarut dalam program TV semata?
Beberapa guru dan pakar pendidikan berusaha mencari jalan keluar diantaranya adalah dengan memberikan variasi cara penyampaian materi bahan ajar atau disebut juga dengan metode pengajaran, lalu dengan mengubah kurikulum dan bahan ajar serta perubahan beberapa bidang studi baik topic maupun durasinya. Sampai saat ini hal tersebut masih terus dikembangkan dan dicarikan suatu metode yang sesuai dengan kondisi siswa agar materi yang disampaikan benar-benar dapat diterima dengan baik oleh para siswa.